Senin, 31 Desember 2007

Ismael atau Ishak?

Menjawab Salah Paham :


Siapa Anak Pengorbanan, Ismael atau Ishak?


Banyak perdebatan yang menggelitik hati seputar isu anak pengorbanan ini

Dari segi Alkitab, sebenarnya semuanya sudah lebih dari jelas banyak yang akan dikorbankan adalah Ishak, anak perjanjian Allah. Alkitab mendetailkan kisah ini secara luar biasa rinci, dan lebih dari itu, kisah pengorbanan ini terhadi dalam rancangan Tuhan untuk memberi gambaran simbolis bagi kedatangan ANAK PENGORBANAN kelak bagi seisi dunia, yaitu Penebusan Kristus.
Kisah Abraham diatas diimani turun-temurun, dibenarkan oleh segala nabi, berjalan tanpa ada pihak yang menyalahinya selama 2600tahun! Namun, tiba-tiba, dengan klaim dari pengkritik kalangan Muslim dengan dasar 'tafsir' Kitab-Sucinya, dan bukan apa yang tertulis, sosok pengorbanan Ishak ini dianggap tidak benar. Yang dibenarkan adalah Ismael. Maka kembali kita melihat betapa mereka ini datang dengan membawa "kebenaran alternatif" yang mengklaim Ismael ketimbang Ishak, sebagaimana pula mereka mengalihkan kemesiasan Yesus (atau Roh Kudus) menjadi sosok 'Ahmad'.

Namun, teman-teman muslim sering lupa, bahwa klaim yang satu ini tidak berdasarkan Qur'an yang manapun! Dengan kata lain, Muhammad sendiri tidak pernah mengklaim hal ini dan tidak menyebut nama sang anak yang akan dikorbankan. Nama itu datangnya dari tafsiran manusia secara deduktif dari Surat 37.

Sesungguhnya sarjana-sarjana kalangan Muslim sendiri merasa aneh mengapa Allah sepertinya "kurang-tegas" berwahyu untuk menyebutkan nama ISMAIL, jikalau datangnya Qur'an dimaksudkan sebagai pengkoreksi Alkitab yang salah. Padahal Muslim amat percaya bahwa alasan Qur'an didatangkan adalah melaksanakan pengkoreksian Kitab "Filling all the Gaps, correcting all the errors"

Sebagian pakar mencoba menjelaskan keanehan ini dengan mendalilkan bahwa karena isu ini menyangkut nama yang sudah tergores-mati di Alkitab sejak Musa (bukan suatu nubuat yang masih bisa di-interpetasikan), maka Muhammad agaknya masih ragu-ragu membuka front perselisihan terhadap kaum Yahudi yang sangat tahu akan Kitab mereka. Hal ini mengingat Surat 37 ini adalah ayat-ayat makkiyah (yang diturunkan di Mekkah, umumnya masih lunak menghadapi ajaran Yahudi dan Nasrani), sehingga bisa dimengerti mengapa Muhammad tidak melontarkan "koreksinya" secara lantang, kalau itu mau disebut sebagai koreksi.

Sebenarnya dari sumber-sumber Islam sendiri (Qur'an dan Hadis), para sarjana tidak bisa mentuntaskan benar-benar bahwa Ismael adalah anak pengorbanan. Malahan disitu terdapat kisah-kisah antara Hadis dan Qur'an yang tidak selalu sejalan.

Oleh karena itu, Muslim justru lebih getol mengotak-atik Alkitab untuk melihat kalau-kalau bisa ditemukan "jejak-jejak Ismael" disana ketimbang Ishak.

Disini kita hanya membahas isu ini dari segi yang paling sering disalah-pahami oleh teman Muslim, yaitu dari segi istilah posisi Anak Tunggal seperti yang dimaksudkan Alkitab bagi Ishak. Sebab gara-gara istilah Anak-Tunggal inilah, teman-teman Muslim merasa bahwa anak pengorbanan itu pastilah Ismael, karena dia adalah anak yang lahir lebih dulu yang sempat berstatus "tunggal" selama belasan tahun sebelum kelahiran Ishak. Sementara Ishak tidak pernah ada peluang tunggal, karena ia adalah anak kedua.


1. ISHAK ADALAH ANAK PERJANJIAN ALLAH, BUKAN SEKEDAR ANAK HASIL PERSETUBUHAN


Kelahiran dan kedatangan Ismael tidak pernah dijanjikan kepada Abraham atau siapapun. Ismael adalah "anak kedagingan" yang justru terjadi karena Abraham sendiri yang berprakarsa diluar janji Tuhan. Ia tidak sabar menantikan janji Tuhan. Abraham secara jasmani setuju atas usulan 'pintar' dari Sarah untuk menghamili Hagar, budaknya, agar segera mendapat keturunan :

* Kejadian 16:1-4
16:1 Adapun Sarai, isteri Abram itu, tidak beranak. Ia mempunyai seorang hamba perempuan, orang Mesir, Hagar namanya.
16:2 Berkatalah Sarai kepada Abram: "Engkau tahu, TUHAN tidak memberi aku melahirkan anak. Karena itu baiklah hampiri hambaku itu; mungkin oleh dialah aku dapat memperoleh seorang anak." Dan Abram mendengarkan perkataan Sarai.
16:3 Jadi Sarai, isteri Abram itu, mengambil Hagar, hambanya, orang Mesir itu, -- yakni ketika Abram telah sepuluh tahun tinggal di tanah Kanaan --, lalu memberikannya kepada Abram, suaminya, untuk menjadi isterinya.
16:4 Abram menghampiri Hagar, lalu mengandunglah perempuan itu. Ketika Hagar tahu, bahwa ia mengandung, maka ia memandang rendah akan nyonyanya itu.


Sebaliknya, hanya Ishaklah yang menjadi anak perjanjian Allah, malahan perjanjian yang kekal :

* Kejadian 17:19
Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.


Ishak-lah satu-satunya anak yang dimeteraikan Allah ketika berkata " yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak" (Kejadian 21:12).
Maka, Ishak-lah "anak-tunggal" dihadapan Allah. Lihatlah ayat-ayat dibawah ini sederetan posisi "anak"yang dimaksudkan Tuhan :

* Kejadian 15:3-6
15:3 Lagi kata Abram: "Engkau tidak memberikan kepadaku keturunan, sehingga seorang hambaku nanti menjadi ahli warisku."
15:4 Tetapi datanglah firman TUHAN kepadanya, demikian: "Orang ini tidak akan menjadi ahli warismu, melainkan anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu."
15:5 Lalu TUHAN membawa Abram ke luar serta berfirman: "Coba lihat ke langit, hitunglah bintang-bintang, jika engkau dapat menghitungnya." Maka firman-Nya kepadanya: "Demikianlah banyaknya nanti keturunanmu."
15:6 Lalu percayalah Abram kepada TUHAN, maka TUHAN memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran.


ayat-ayat diatas diperjelas dengan ayat-ayat ini :

* Kejadian 17:19
Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.

* Kejadian 18:10
Dan firman-Nya: "Sesungguhnya Aku akan kembali tahun depan mendapatkan engkau, pada waktu itulah Sara, isterimu, akan mempunyai seorang anak laki-laki." Dan Sara mendengarkan pada pintu kemah yang di belakang-Nya.

* Kejadian 21:1-3, 12
21:1 TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya.
21:2 Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.
21:3 Abraham menamai anaknya yang baru lahir itu Ishak, yang dilahirkan Sara baginya.
21:12 Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.


Kemudian bacalah kesimpulannya dalam Kitab Ibrani, sbb :

* Ibrani 11:17-19
11:17 Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal,
11:18 walaupun kepadanya telah dikatakan: "Keturunan yang berasal dari Ishaklah yang akan disebut keturunanmu."
11:19 Karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati. Dan dari sana ia seakan-akan telah menerimanya kembali.


2. ALLAH MENYEBUTKAN ISHAK BERULANG KALI DENGAN "ANAK TUNGGAL" (dari Abraham).

Hal itu untuk mempertegas pembedaannya dengan "anak Abraham" dalam pengertian dunia, yang termasuk anak kedagingan Ismael. Dalam Kejadian pasan 22, Allah sengaja menegaskan sampai 3X (anak tunggal, ayat ke 2, 12, dan 16), sbb :

* Kejadian 22 : 2,12,16
22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu."
22:12 Lalu Ia berfirman: "Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku."
22:16 kata-Nya: "Aku bersumpah demi diri-Ku sendiri -- demikianlah firman TUHAN --: Karena engkau telah berbuat demikian, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku,


Ayat diatas cukup untuk menolak tuduhan dari kalangan Muslim yang tanpa bukti bahwa telah terjadi pemalsuan didalam ayat 2 dengan menambah nama Ishak yang tadinya tidak ada :

"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak"

Andaikata nama Ishak itu sisipan pemalsuan seperti apa yang dituduhkan, bukankah si-pemalsu justru akan menghapus kata "Tunggal" dan tidak malahan menambahinya sampai 3X? Degan mudah hal itu dapat dilakukan oleh si-pemalsu hingga tidak ada tafsiran plintiran yang lain, selain sosok Ishak sajalah yang ada. Namun, justru itulah Alkitab, ia mencatat kebenaran Allah secara lurus.

3. POSISI ANAK TUNGGAL ISHAK DIBUKTIKAN DALAM HAK WARISNYA

Alkitab menjelaskan bahwa anak-anak dari budak/ gundik dari Abraham hanya diberi sekedar pemberian (Kejadian 25:6) lalu mereka dipisahkan ke Tanah Timur.

* Kejadian 25:5-6
25:5 Abraham memberikan segala harta miliknya kepada Ishak,
25:6 tetapi kepada anak-anaknya yang diperolehnya dari gundik-gundiknya ia memberikan pemberian; kemudian ia menyuruh mereka -- masih pada waktu ia hidup -- meninggalkan Ishak, anaknya, dan pergi ke sebelah timur, ke Tanah Timur.


Disitu tampak bahwa Ismael tidak mempunyai hak kesulungan. Dan itu memperlihatkan betapa Abraham taat kepada Allah yang sudah menolak hak-hak bagi Ismael, apalagi hak kesulungan, bandingkan dengan ayat ini :

* Kejadian 17:19
Tetapi Allah berfirman: "Tidak, melainkan isterimu Saralah yang akan melahirkan anak laki-laki bagimu, dan engkau akan menamai dia Ishak, dan Aku akan mengadakan perjanjian-Ku dengan dia menjadi perjanjian yang kekal untuk keturunannya.


Sebaliknya Ishak mendapat semua harta milik ayahnya :

* Kejadian 24:36
Dan Sara, isteri tuanku itu, sesudah tua, telah melahirkan anak laki-laki bagi tuanku itu; kepada anaknya itu telah diberikan tuanku segala harta miliknya.

* Kejadian 25:5
Abraham memberikan segala harta miliknya kepada Ishak,


Ishak adalah pewaris tunggal untuk harta benda maupun untuk garis kenabian.


4. PENCARIAN DAN RESTU JODOH SANG ANAK MELIBATKAN SANG AYAH

Kepentingan Abraham terhadap keturunannya yang dimeteraikan Allah terlihat pada kepentingannya mencarikan jodoh bagi pewarisnya. Dan itu dilakukan Abraham kepada Ishak :

* Kejadian 24:4
Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku."

Selanjutnya, silahkan baca Kejadian pasal 24 selengkapnya.

Sebaliknya, Ismael, anak dari budak, biarlah diurus oleh ibunya :

* Kejadian 21:21
Maka tinggallah ia di padang gurun Paran, dan ibunya mengambil seorang isteri baginya dari tanah Mesir.


Karena Hagar itu dari Mesir, tentu ia mengambil menantu dari Mesir, bukan dari Arab seperti yang dikisahkan dalam Hadis.


5. KEBENARAN NUBUAT ALLAH BAGI GARIS KETURUNAN ISHAK

Seperti Adam yang melanggar perintahNya namun tetap dikasihi Allah, begitu pula Allah tetap mengasihi Abraham yang pernah "melanggar" pesanNya, yaitu tidak sabar menunggu dan meragukan janji Tuhan akan kehadiran seorang anak dan terlanjur mendekati Hagar. Hubungan keduanya menghasilkan 'anak kedagingan' yang bernama Ismael. Namun keturunan Ismael ini tetap diberkati Allah secara kedagingan/duniawi. Allah menjadikan 12 raja dan bangsa besar bagi keturunan Ismael!

Namun, harap dibedakan, bahwa secara rohani, Allah tetap tidak bisa mencampurkan garis keturunan kenabian 'anak perjanjian' dan 'anak kedagingan'. Allah harus berkata benar, dan itu dilakukanNya dengan berkata "tidak", bagi Ismael (Kejadian 17:19). Artinya, anak pewarisan dan keturunan kenabian tidak diberikan kepada Ismael, melainkan kepada Ishak. Dan secara bersamaan "garis kenabian dan kitab" ini dikonfirmasikan oleh Al~Qur'an :

* Qs 29:27
Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yakub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.

http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=29&nAya=27&t=ind

* Qs 19:49
Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Yakub.
Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi.
http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=19&nAya=49&t=ind


KETURUNAN DAN SEJARAH SELANJUTNYA

Hagar dan anaknya terusir dan terlepas dari tradisi keluarga nabi-nabi dengan meningglkan sejumlah persoalah terbuka bagi para sarjana :

1. Ketika Ismael dianggap oleh para Muslim sebagai bapak bangsa Arab, maka mereka terbentur pada darah bapaknya (Ibrahim) yang bukan Arab. Sedangkan ibu dari Ismael adalah Hagar, ia adalah seorang dari Mesir, yang juga mengambilkan seorang istri bagi Ismael, seorang perempuan Mesir pula (Kejadian 21:8-21).


Abraham adalah seorang Ibrani, kita rujuk ayatnya sbb :

* Kejadian 14:13
Kemudian datanglah seorang pelarian dan menceritakan hal ini kepada Abram, orang Ibrani itu, yang tinggal dekat pohon-pohon tarbantin kepunyaan Mamre, orang Amori itu, saudara Eskol dan Aner, yakni teman-teman sekutu Abram

KJV, And there came one that had escaped, and told Abram the Hebrew ; for he dwelt in the plain of Mamre the Amorite, brother of Eshcol, and brother of Aner: and these were confederate with Abram.
Hebrew Translit, "VAYAVO' HAPALIT VAYAGED LE'AVRAM HA'IVRI VEHU' SYOKHEN BE'ELONEY MAMRE' HA'EMORI 'AKHI 'ESYKOL VA'AKHI 'ANER VEHEM BA'ALEY VERIT-'AVRAM"

2. Ketika Ismael dianggap sebagai leluhur nabi Islam, mereka terbentur pada garis kenabian Ismael yang terputus selama 2600 tahun, tanpa sebuah manuskrip sejarah pra-Muhammad atau arkeologi! Benturan ini tersirat pula dalam ayat-ayat ini :

* Qs 29:27
Dan Kami anugrahkan kepada Ibrahim, Ishak dan Yakub, dan Kami jadikan kenabian dan Al Kitab pada keturunannya, dan Kami berikan kepadanya balasannya di dunia; dan sesungguhnya dia di akhirat, benar-benar termasuk orang-orang yang saleh.

http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=29&nAya=27&t=ind

* Qs 19:49
Maka ketika Ibrahim sudah menjauhkan diri dari mereka dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishak, dan Yakub.
Dan masing-masingnya Kami angkat menjadi nabi.
http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=19&nAya=49&t=ind

3. Baitullah dan "Agama Ibrahim yang benar dan lurus", termasuk Kalimat Tauhid yang kekal yang pernah ditegakkan oleh Ibrahim dan adaknya di Mekah, ternyata sama-sekali tidak dikenal oleh masyarakat pra-Islam disana. Mengapa referensi Allah bisa hilang ditempat yang paling diberkahi ? ( Qs 2 :125; 6:161; 3:95; 43:28; 14:35-37,40 dll.)

Atas kisah Anak-Kurban ini, Islam menegakkan ritual sedekah (kambing kurban atau lainnya) kepada orang miskin pada Hari Raya Haji. Ayat yang mendasarinya sesungguhnya berkonsepkan penebusan, bukan sedekahan :

* Qs 37:107
"Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar" (mulia).

http://quran.al-islam.com/Targama/DispTargam.asp?nType=1&nSeg=0&l=eng&nSora=37&nAya=107&t=ind

Namun kebanyakan Muslim tidak tahu bahwa Allah sengaja mendesign peristiwa ini secara istimewa dan bermakna untuk perlambangan penebusan bagi umat manusia lewat Anak Domba Allah (Yesus).
Karena, kisah ini awalnya seperti teka-teki yang amat membingungkan. Bagaimana mungkin Allah yang benci akan 'pengorbanan-anak' yang dilakukan oleh orang-orang kafir, justru diminta sendiri oleh Allah? (Reff. Imamat 18:21).

Ternyata inilah perlambangan/ perumpamaan yang ingin disampaikan Allah kepada umatNya (lihat Hosea 12:11):

* Manusia berdosa, dilambangkan Ishak yang memikul beban kayu (Kejadian 22:6)
* Dihukum mati, dilambangkan oleh Allah yang menuntut kematian Ishak, manusia berdosa (Kejadian 22:2), menuurt hukum keadilanNya : "upah dosa adalah maut".
* Penebusan lewat penyaliban Yesus, yang adalah
Anak Domba Allah seperti yang disaksikan oleh Nabi Yahya (Yohanes 1:29). Dilambangkan dengan penyembelihan seekor anak domba jantan sebagai tebusan dari Allah kepada manusia berdosa (Kejadian 22:13), bukan penyembelihan kambing untuk sedekahan kepada manusia.

* Hosea 12:11
Aku berbicara kepada para nabi dan banyak kali memberi penglihatan dan memberi perumpamaan dengan perantaraan para nabi.


* Kejadian 22:2,6,13
22:2 Firman-Nya: "Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." 22:6 Lalu Abraham mengambil kayu untuk korban bakaran itu dan memikulkannya ke atas bahu Ishak, anaknya, sedang di tangannya dibawanya api dan pisau. Demikianlah keduanya berjalan bersama-sama. 22:13 Lalu Abraham menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya, yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai korban bakaran pengganti anaknya.


* Yohanes 1:29
"Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia."


Allah, Abraham, Yahya, dan Yesus secara bersama-sama telah berkata dalam "bahasa yang sama" tentang kurban berdarah ini untuk penebusan dosa dunia.

Allah :
"… Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa." (Imamat 17:11)

Abraham :
"Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya" (Kejadian 22:8 )

Yahya :
"Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia." (Yohanes 1:29)

Yesus :
"inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa." (Matius 26:28 )

Itulah lambang, sekaligus nubuat dan janji Allah yang paling tinggi untuk umat manusia, yaitu KESELAMATAN, dan bukan lambang sedekahan. Maka, alangkah indahnya manusia mendapatkan Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub yang Dia sendiri berkorban dan menebus umatNya dari hukuman kematian. Ia tidak meninggalkan umatnya tanpa keselamatan. Dan itulah perlambangan Ishak, ANAK TUNGGAL PERJANJIAN.

sumber:sarapanpagi.org

Sakramen Perkawinan

1. Sakramen adalah pertemuan antara Kristus dengan manusia, dengan manusia dalam kepribadian dan sifatnya. Manusia bersifat sosial, artinya tertuju kepada hubungan dengan sesamanya. Dalam sifat itu Yesus menemui manusia, yaitu dalam sifatnya laki-laki dan wanita. Laki-laki menurut sifatnya tertuju kepada wanita, wanita menurut sifatnya tertuju kepada laki-laki. Kristus menemui tiap-tiap orang menurut sifat kaumnya yang berbeda-beda itu. Hubungan dan tujuan laki-laki dan wanita sudah disucikan, dikonsekrirkan, dikeramatkan karena dalam Sakramen Permandian Yesus menemui dia. Laki-laki sebagai manusia yang tertuju kepada wanita, dan wanita sebagai manusia yang tertuju kepada laki-laki.


Hubungan cinta kasih dengan Yesus dalam Sakramen Permandian adalah dasar pertumbuhan umat Gereja, bangsa Allah yang bersatu (yang sosial). Yesus dalam Sakramen Permandian menemui tiap-tiap orang dalam hubungan cinta kasih yang mengikat Yesus dengan seluruh umat Gereja: sebagai pengantin (suami) mencintai pengantin (istri).

Dalam Sakramen Perkawinan, cinta kasih Yesus kepada kita sebagai bangsa Allah mendapat tanda yang nyata, yang penuh oleh rahmat-Nya. Dua orang yang telah menerima permandian, hanya oleh Sakramen Perkawinan menjadi suami-istri.Melalui tanda sakramen itu, mereka berdua masuk salib dan kemuliaan Yesus Kristus.

2. ”Laki-laki dan wanita bukan dua manusia, melainkan satu manusia” kata Yohanes Krisostomus. Laki-laki dan wanita merupakan dua sifat yang berbeda pada manusia yang satu itu. Laki-laki sifatnya lain: tekanan lebih terletak di akal budi, pada wanita lebih ditekankan pada hati dan perasaan. Laki-laki memandanng dunia untuk menguasai dunia, wanita memandang dunia dengan pandangan hati. Laki-laki tertuju pada berusaha dan kegiatan, wanita kepada menerima dan memelihara. Maka sifat laki-laki lebih terletak di dalam keberanian, berusaha dan cinta akan kemerdekaan. Sifat perempuan lebih dalam semangat berserah diri, pengabdian dan kemesraan.

Betul: sifat dari masing-masing kaum terdapat pada kedua belah pihak, hanya tekanan berbeda kepada masing-masing kaum. Meskipun sifat itu berbeda-beda dan juga karena sifat itu berbeda-beda, maka laki-laki dan perempuan tertuju kepada seorang akan yang lain, untuk saling melengkapi: menjadi satu manusia yang lengkap. Laki-laki yang tidak dipengaruhi dan dididik wanita akan cenderung kepada sifat kasar dan biadab. Wanita yang tidak pernah dididik dan dipengaruhi laki-laki akan menjadi lemah dan kacau pikiran. Yang satu bukannya lebih dari yang lain, masing-masing mempunyai sifat yang perlu, harus terdapat bersama-sama dalam pertemuan laki-laki dan wanita.

Wahyu Allah menyatakan bahwa laki-laki tanpa wanita tidak lengkap maka sabda-Nya: ”Tidak baik, kalau manusia itu tinggal seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia” (Kejadian 2:18). Sesudah itu diciptakannya wanita, dan Allah berfirman bahwa ciptaan-Nya adalah baik adanya.

Bukan laki-laki sendiri, melainkan laki-laki dan wanita bersama-sama disebut ”Gambaran Allah” (Kejadian 1:27), bersama-sama diberi tugas ”menguasai bumi” (Kejadian 1:28-30), Laki-laki rindu kepada wanita: ”Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya, dan bresatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging” (Kejadian 2:24).

3. Hubungan antara laki-laki dan wanita itu mendapat perwujudan yhang tetap di dalam pernikahan. Hubungan itu adalah hubungan jasmani dan rohani, hubungan tubuh dan hati, lahir dan bathin. Hubungan itu pertama-tama hubungan pribadi . Maka, tidak baik kalau satu pihak memandang pihak lain sebagai ”benda”nya, ”milik” nya, ”alat yang dipakai”. Kalau hal itu terjadi maka kehidupan suami-istri setiap hari menjadi egoisme yang kasar, ingat diri, menjadi iblis. Laki-laki melihat dalam wanita sebagai ciptaan Allah, pribadi dari Allah; maka ia merasa hormat. Demikian wanita terhadap laki-laki. Maka dengan gembira mereka bergandengan tangan dengan memuji Allah, dalam usaha saling membantu selama hidup di dunia ini, untuk bersama-sama tiba di hadapan Allah kelak, yang melihat dalam mereka berdua bersama-sama: gambarannya.

Maka harus ada rasa tanggung jawab seorang kepada yang lain, baik dalam kepentingan materil, maupun dalam kepentingan rohani. Dalam Sakramen Perkawinan Allah menemui mereka berdua, dan menetapkan pertemuan itu.

4. Hasil dari Sakramen Perkawinan yang pertama ialah: Laki-laki dan wanita menjadi suami-istri dalam pandangan Allah, mereka menjadi gambaran hidup dari hubungan Kristus dengan Gereja. Sebab itu, timbul harapan supaya mereka menurunkan anak-anak untuk Gereja,menyuburkan umat Gereja dengan rahmat anak-anak Allah yang baru.

Hasil kedua ialah: rahmat, terang dan kekuatan dari Kristus untuk hidup dalam pernikahan sesuai dengan kehendak Allah. Mereka tetap disinari kemuliaan Kristus berdasarkan sakramen yang ada pada mereka. Cinta kasih manusia mengenal kelemahan, mengalami keguncangan. Apabila cinta kasih mereka mengalami gangguan dan kesukaran maka rahmat sakramen menjamin, supaya cinta kasih mereka akan diberi kekuatan baru oleh cinta kasih Kristus, dan oleh ketaaatan dan cinta kasih balasan dari Gereja terhadap Kristus. Cinta kasih Kristus dan Gereja menjadi ikatan yang erat bagi kedua orang yang terikat dalam Sakramen Perkawinan.

St. Paulus memperingatkan bahwa cinta kasih suami terhadap istri harus setia sebagaimana cinta Kristus kepada Gereja maka ia juga harus sudi mengurbankan nyawanya untuk istrinya menurut contoh Yesus Kristus. Ketaatan istri terhadap suami harus sesuai dengan ketaatan Gereja terhadap Kristus. Dan ketaatan itu mudah apabila suami betul menyatakan cinta kasih kepada istri, yang diharapkan dari sakramen itu. Maka, dalam segala hal yang penting akan terjadi komunikasi yang baik antara suami dan istri. Kristus telah datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Hal itu akan menjadi pedoman bagi tiap-tiap suami, terutama apabila adat kuno belum sesuai dengan derajat yang diakui oleh Kristus terhadap Wanita.

5. Hubungan tunggal; seorang laki-laki dengan seorang istri (monogami). Kristus mempunyai hubungan dengan Gereka, dan mengurbankan nyawanya untuk Gereja. Dengan demikian, kita mengerti bahwa dalam pernikahan; lambang hubungan Kristus dengan Gereja, hubungan tunggal adalah syarat yang mutlak. Pihak ketiga akan merusakkan hubungan itu.

Hal itu ternyata berasal dari sabda Yesus sendiri. Ia mengulangi kalimat dari Perjanjian Lama tentang laki-laki yang akan meninggalkan orang tuanya, untuk tinggal bersama istrinya, maka mereka berdua menjadi satu tubuh. Maka, tiap-tiap hubungan dengan orang ketiga merusakkan persatuan yang dimaksudkan oleh Yesus sendiri.

Hubungan tetap yang tak dapat dipisahkan melainkan oleh kematian. Kristus mengadakan hubungan tetap dengan Gereja, dan tidak pernah akan memutuskan hubungan itu, ”Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman” (Matius 28:20). Demikianpun hubungan suami-istri. Sebab hubungan mereka bukan berdasarkan cinta kasih yang secara duniawi saja. Dan bukan atas dasar kepentingan duniawi saja, melainkan atas dasar cinta kasih Yesus terhadap Gereja: sesuai ikatan yang tidak dapat diuraikan lagi.

Orang Farisi bertanya kepada Yesus tentang hal itu, sesusi dengan izinan nabi Musa. Yesus menolak dengan tegas, menyebut kekerasan hati dari Israel. ”Tetapi dari permulaan bukan begitu”, sabda Yesus dengan tegas. ”Apa yang telah dipersatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia”. (lihat artikel poligami dan kawin cerai).

Karena Yesus menegaskan dengan keras bahwa orang yang telah menikah tidak dapat bercerai (Matius 19:1-12), maka murid-murid-Nya sendiri terkejut. Mereka rupanya belum pernah mendengar suatu ucapan setegas itu. Sehingga mereka katakan ”kalau demikian halnya hubungan suami-istri maka lebih baik tidak perlu kawin sama sekali”. Lalu Yesus menjawab dengan beralih kepada soal lain. Tidak kawin sama sekali bukan suatu karunia bagi tiap orang, melainkan hanya bagi mereka yang diberi karunia itu oleh Allah.

Markus 10:1 dan Lukas, mengutip ucapan Yesus kepada orang Farisi, ”Barang siapa menceraikan istrinya dan kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap istrinya, dan jika si istri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah”. Di Injil Mat 19:9 dan 5:31 ditambah ”Setiap orang yang menceraikan istrinya kecuali karena zinah, ia menjadikan istrinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan ia berbuat zinah”.

6. Terlebih dalam hubungan suami-istri, cinta kasih harus memegang peranan yang penting, sebab itulah yang ditandakan oleh hubungan Yesus Kristus dengan Gereja. Hubungan suami-istri atas cara istimewa harus dikuasai oleh cinta kasih, yang sudah menajdi hukum bagi tiap-tiap orang umat Gereja Kristus, lebih lagi bagi suami-istri. Tiap-tiap egoisme harus dikekang. Egoisme menjadi pokok keruntuhan bagi hidup pernikahan, dan lansung menentang sifat sakramen yang ada padanya.

Kedua orang yang menikah belum mengenal betul seorang akan yang lain, belum mengenal akan sifat-sifat masing-masing yang baik dan yang kurang baik. Yang terdapat pada setiap manusia. Dalam hidup pernikahan lama-kelamaan mereka harus bertumbuh dalam cinta kasih, tenggang rasa dalam segala kekurangan. Pengalaman bertahun-tahun lamanya akan mengajar kepada mereka caranya memberi dan menerima. Kalau bagi semua orang nasihat Paulus berlaku: ”Hendaknya kamu saling membantu”, hal itu terutama berlaku bagi suami-istri.

Justru karena mereka selalu berdekatan, mereka akan merasa lebih kekurangan yang terdapat pada masing-masing pihak. Hal itu sudah pasti harus membawa ketegangan. Mereka harus berusaha mengatasi dalam pandangan: mungkin saja tidak benar seratus persen dalam hal ini. Demikian mereka akan bertumbuh didalam cinta kasih melalui kesulitan dan ketegangan hidup sehari-hari.

7. Sakramen bukan hanya terjadi pada hari nikah yang pertama. Sakramen merupakan pertemuan dengan Yesus Kristus dalam hubungan bersama suami-istri, tetap berlaku selama mereka hidup dalam perkawinan. Sakramen itu menghubungkan suami-istri dengan Yesus yang melalui salib dan kematian masuk ke dalam kemuliaan. Kehidupan Nikah merupakan suatu bahagia; mengambil bagian di dalam kemuliaan Yesus yang bangkit. Tetapi, salib tidak akan hilang juga. Melalui salib dan kesulitan, melalui hubungan dengan Yesus pada salib, keseharian hidup mereka akan merasa lebih bahagia. Dalam segala kesulitan sama-sama dipikul, dalam semangat ingat diri dan tenggang rasa, tampaklah kepada mereka bekas luka-luka Yesus Kristus. Tetapi bekas luka Yesus bersinar sesudah ia bangkit. Demikian juga bagi orang kawin: hidup berkorban bagi mereka juga berarti hidup berkorban dalam sinar kemuliaan Yesus Kristus sendiri.

”Tak seorang pun yang suci”

1. Dalam Kitab Suci, ”dosa” bukan pertama-tama berarti suatu perbuatan, melainkan suatu keadaan, suatu kekuasaan yang membelenggu umat manusia. Yesus Kristus dinyatakan sebagai ”Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia”. Kita harus tahu bahwa kita diselamatkan oleh Yesus Kristus. Dosa juga hanya terang bagi kita dengan mata ”iman”.
Setiap anak manusia dilahirkan sebagai anak ”dosa”. Keadaaan dosa umat manusia, yang melekat pada ibu-bapanya, melekat pada diri anak mereka juga. ”Dosa”, egoisme yang merajalela ratusan ribu tahun pada semua nenek moyang, melekat kepada anak itu. Ribuan generasi telah hidup dalam egoisme. Setiap generasi menambahkan lagi kepada lapisan tebal dosa-dosa itu bagiannya sendiri. Setiap generasi mempertebal lapisan dosa-dosa itu. Itulah dosa turunan, yang dapat kita bandingkan dengan segala hal lain yang diturunkan kepada seorang anak.
Pada setiap anak terdapat cap dan sifat bapa dan ibunya, yakni diraut wajahnya, perawakannya, keadaan badannya, kelemahannya, darahnya, tetapi juga tabiat dan wataknya. Bukan saja dari ibu bapanya, melainkan juga melalui ibu bapanya juga dari nenek moyangnya: dari kedua orang-tua dari ibunya dan dari kedua orang tua dari bapanya. Selanjutnya, semua generasi telah membawa bagiannya dalam kelahiran seorang anak. Hal ini berlaku bagi semua sifat yang telah disebut, tetapi pun bagi dosa.
Nenek moyang telah mulai berjalan salah. Anak-anak mereka kena noda orang tuanya. Mereka menjadi besar, mempertebal lagi lapisan perbuatan itu. Betapa tebal endapan dari dosa itu sesudah generasi yang banyak ini. Anak-anak mereka kena noda orang tuanya. Mereka menjadi besar, mempertebal lagi lapisan perbuatan itu. Betapa tebalendapan dari dosa itu sesudah generasi yang banyak ini. Anak yang dilahirkan dari Lamung, didesa Pitak, memiliki sifat bapanya, sifat suku Pitak dari dulu, dari semua generasi Indonesia, dari semua bangsa Asia, dari seluruh umat manusia. Semua cacat dan dosa sejak dahulu meninggalkan bekas, dan diturunkan kepada anak.
Apabila anak sudah besar, sudah berpikir, sudah memilih pendirian dan perbuatan sendiri, ia sering terbawa-bawa oleh sifat turunan itu, oleh ”dosa” itu, yang menjadi suatu kekuasan yang menguasainya juga. Kalau ia mengikuti jejaknya, ia meneguhkan dan menetapkan dan mempertebal keadaan dosa itu pula. Keadaan bagi anak-anaknya kemudian lebih sulit lagi
Ajaran Kristiani mengajarkan bahwa semua manusia berdosa, hanya Yesus lah dalam rupa manusia yang tidak berdosa, Ia telah dicobai hanya tidak berbuat dosa.
Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa. (ibrani 4:15)

Ajaran mengenai dosa asal atau dosa waris mungkin tidak bisa diterima oleh penganut keyakinan lain yang tidak mengerti dosa asal maupun kurban penebus dosa,sehingga bertanya ”kalau begitu bayi yang dilahirkan juga membawa dosa juga?”
Ada perbedaan mendasar antara "berdosa" dengan "berbuat dosa". Bayi itu sudah "berdosa" tetapi belum "berbuat dosa". Dosa merupakan suatu keadaan. Suatu kekuasaan yang membelenggu umat manusia.

Mazmur 51:7
”Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku”.

Yohanes 3:6
”Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh”.

Harap di bedakan antara "tabiat" berdosa dengan "perbuatan" dosa. Bayi yang baru dilahirkan tidak akan berbuat dosa tetapi ia sudah berada dalam "keadaan" atau "tabiat" dosa.
Contoh sederhana,siapa yang mengajar seorang anak berbohong?
Atau kumpulkan bayi-bayi yang sudah bisa merangkak atau berjalan, letakkan di suatu tempat dan berikan pula sesuatu – katakanlah mainan -- yang menarik perhatian mereka. Apakah yang mereka perbuat? Pasti bakal terjadi perebutan mainan, dan pasti bakal ada yang menangis karena tidak kebagian. Apakah yang menyebabkan semua ini?
Banyak pakar yang menyelidiki bahwa seorang anak berbohong tanpa diajar atau tanpa pengaruh lingkungannya. Demikian pula seorang anak kecil dapat saja merampas mainan temannya tanpa diajar oleh orang tuanya, melainkan atas dorongan di dalam dirinya sendiri. Inilah "tabiat dosa". Inilah yang menurut kalangan Kristiani disebut sebagai "dosa asal", "dosa waris", "dosa turunan" atau apa saja istilahnya, untuk membedakannya dengan "perbuatan dosa". Sekarang, kita kembali kepada Kitab Suci.

2. Bangsa Israel merupakan anak-anak dari suatu ”angkatan yang bengkok dan belat-belit” (Ulangan 32:5 ” Berlaku busuk terhadap Dia, mereka yang bukan lagi anak-anak-Nya, yang merupakan noda, suatu angkatan yang bengkok dan belat-belit.”). Nabi Hosea menyebut seluruh Israel dalam pandangan Allah sebagai ”bangsa yang berzinah, yang lupa akan Aku, mengikuti perempuan-perempuan yang jalang. Israel memberontak, seperti seekor sapi jantan yang keras kepala, tebal muka seluruh Israel di hadapan Aku. Israel telah mengotorkan diri, berlapis-lapis dosa mereka”.
Nabi Yeremia dan Yehezkiel mengatakan bahwa bukan nenek moyang Israel saja yang bersalah, melainkan semua orang Israel dari zamannya yang turut meniru dan memperkuat kesalahan-kesalahan itu. Mereka menetapkan lapisan dosa-dosa dari nenek moyangnya. Israel dalam dosa berdiri di hadapan Allah sebagai suatu keseluruhan bangsa yang berzinah, bangsa yang jahat.
Yesus menyambung teguran itu kepada orang-orang Farisi yang tidak mau percaya, dan meniru perbuatan nenek moyangnya. Teks Matius 23:29-36 berbunyi: ”Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi.... dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. Akan tetapi, dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu. Jadi, penuhilah juga takaran nenek-moyangmu! Hai kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak! Bagaimanakah mungkin kamu meluputkan diri dari hukuman neraka? Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh diantara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota, supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhnya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya, semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!”.
Demikian Yesus menjelaskan bahwa perbuatan mereka adalah lanjutan lansung dari dosa di seluruh sejarah Israel. Malahan diluar bangsa Israel terdapat hubungan dosa mereka: ”Mulai dari darah Habel, orang benar itu”. Sebab Israel sendiri berasal dari dunia kafir. Yang menyembah berhala. Abraham sendiri dilukiskan sebagai keturunan kafir. ”Dahulu, diseberang sungai Efrat, disitulah diam nenek moyangmu, yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain” (Yosua 24:2). ”Ayahmu ialah orang Armori dan ibumu orang Het” (keduanya berasal dari bangsa kafir), Sabda Yahwe (Yehezkiel 16:3).Hanya kerahiman Allah maka Israel diasingkan dari dunia kafir. Akan tetapi, Israel mengikuti kecenderungan dari dulu: mengikuti dewa-dewa kafir: menginjak-injak kepala orang lemah kedalam debu. (Amsal 2:6-7).

3. Santo Paulus dalam Roma 1-5 menyatakan bahwa seluruh dunia kafir, juga seluruh bangsa Yahudi dikuasai oleh dosa. ”Tidak ada yang benar, seorang pun tidak. Tidak ada seorang pun yang berakal budi, tidak ada seorang pun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada berbuat baik, seorang pun tidak... supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh kebawah hukuman Allah” (Roma 3:10-19).
Dalam seluruh uraiannya yang berikut, Santo Paulus melukiskan dosa sebagai suatu kekuasaan, seluruh keadaan yang meliputi seluruh umat manusia; suatu kekuasaan yang menaklukan seluruh dunia, malahan seluruh alam semesta. Keadaan dosa itu adalah keadaan terasing dari Allah berdasarkan segala kejahatan yang berlapis-lapis tertanam dalam diri umat manusia turun-temurun. Dosa itu melekat pada kita, sebelum kita melakukan suatu perbuatan. Dosa merupakan penyakit umum; seluruh dunia terjangkit olehnya. Tak seorangpun dapat melepaskan diri dari kekuasaannya.
Dosa dilukisan sebagai penjajah, tiran, penindas, raja yang ganas yang membelenggu seluruh dunia. Pengiringnya ialah kematian (Roma 5:12). Manusia menjadi hambanya, budaknya. ”Seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”. (1 Yohanes 5:19). Dosa itu sebagai ”raja dunia”, yang bertentangan dengan Kristus, yang pemerintahannya bukan ”dari dunia ini”.
Kalau Yohanes Pembaptis menunjuk kepada Yesus, lalu berseru: ”Lihatlah Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” maka bukan dipakainya dalam bentuk jamak (dosa-dosa) sebagai perbuatan, melainkan bentuk tunggal: dosa, sebagai kekuasaan yang mengikat manusia. Yesus menghapus kekuasaannya.

4. Bukan secara umum saja dosa mengusai umat manusia, melainkan setiap kita terikat oleh belenggunya, baik mengenai keadaan maupun perbuatan kita yang memperkuat belenggunya.
Dalam doa Salomo ketika upacara pemberkatan kanisah, kita dengar : ”Apabila mereka berdosa kepada-Mu – karena tidak ada manusia yang tidak berdosa – dan Engkau murka terhadap mereka ..., Engkau kiranya mendengarkan di surga, tempat kediaman-Mu yang tetap, kepada doa dan permohonan mereka” (1 Raja-raja 8:46-49). Teks ini bisa dibandingkan juga dengan Mazmur 14:1-3. Terlepas dari itu, dalam hati tiap-tiap orang terdapat kecenderungan kepada dosa.
Itulah sebabnya, orang Israel sungguh takut kepada Yahwe yang suci, yang besar kemuliaan-Nya. Keyakinan umum, yakni bahwa sinar kemuliaan Allah yang suci demikian besar, sehingga tak dapat dilihat oleh mata manusia. Kalau ia melihat, tentu ia harus mati. Seperti sabda nabi Yesaya dalam penglihatan: ”Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni Tuhan semesta alam” (Yesaya 6:5).
Maka, dosa menguasai manusia sejak ia ada dalam kandungan ibunya (Mazmur 51). Justru yang menganggap dirinya suci dan tidak berdosa, mereka itulah didalam belenggu dosa, tak lepas dari murka Allah (Markus 2:17). Sebab itu, Yesus mengucap sindiran terhadap ”orang yang sehat, yang tidak memerlukan dokter”.

5. Paulus juga mengalami bahwa dalam hatinya, biarpun ada kehendak berbuat baik, ia berbuat tidak baik. Pengalaman itu terdapat pada setiap orang. ”Aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat. Sebab aku tahu bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Sebab bukan apa yang aku kehendaki, yaitu yang baik, yang aku perbuat,melainkan apa yang tidak aku kehendaki, yaitu yang jahat, yang aku perbuat. Di dalam anggota-anggota tubuhku, aku telah melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada didalam anggota-anggota tubuhku” (Roma 7:14-25)
Dalam perbudakan kita oleh dosa, tampak pula kerahiman Allah. ”Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua” (Roma 11:32). Lagipula, ”Kitab Suci telah mengurung segala sesuatu dibawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya”. (Galatia 3:22).


Yesus Kristus Penyelamat

1. ”Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”. (Matius 1:21). Sesuai berita pada malaikat kepada para gembala Betlehem: ”Hari ini telah lahir bagimu juru selamat, yaitu Kristus, Tuhan, dikota Daud” (Lukas 2:11).
Sabda Allah telah menjadi daging, artinya: Allah menyatakan diri bagi kita dalam manusia Yahudi dari Nazareth itu: Yesus. ”Allah adalah cinta kasih telah nyata bagi kita, bahwa Allah telah mengutuskan kepada dunia Putra-Nya yang tunggal.... menjadi perdamaian untuk dosa-dosa kita”.
Yesus menjadi ”Emannuel” (Allah beserta kita), bukan saja supaya Allah dalam diri yesus dekat kepada kita sebagai itu saja, melainkan untuk menyelamatkan kita dari dosa.
Manusia selalu berusaha menyelamatkan diri dari penderitaan: akibat dosa. Yesus menyelamatkan kita daripada pokoknya, yaitu dosa: dan dalam penyelamatan itu dijadikannya umat kita ”ciptaaan baru”.

2. Yesus menyelamatkan kita dari dosa. Dosa itu menurut definisi: tak taat pada kehendak Allah, yang dalam kehendaknya itu hanya merencanakan bahagia kita. Bahwa dosa itu telah menjadi penindas dan tiran.
Yesus menentang dosa itu dengan hidup-Nya, perbuatan-Nya dan pikiran-Nya, yang sesuai dengan kehendak Allah. Karena Ia sabda Allah pribadi, pernyataan Allah secara pribadi maka seluruh pribadi-Nya menyatakan Allah dan kehendak-Nya. ”Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” (Yohanes 14:9).
Justru itulah seluruh eksistensi Yesus: kehendak-Nya sendiri hanyalah kehendak Bapa. Ajaran-Nya hanyalah: ajaran Bapa. Perbuatan-Nya hanyalah: perbuatan Bapa. Demikian lengkap pernyataan Allah dalam diri Yesus sehingga sabda-Nya: ”Sekiranya kamu mengenal Aku, pasti kamu juga mengenal Bapa-Ku. Sekarang ini kamu mengenal Dia. Kata Filipus kepada-Nya: ”Tuhan, tunjukanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami” (Yohanes 14:7-9)
Maka teranglah, bahwa ”dosa” lansung bertentangan dengan Yesus, dalam pribadi-Nya, perbuatan-Nya, pikiran-Nya, dan kehendak-Nya. Dalam seluruh eksistensi-Nya Yesus adalah ”Penyelamat dari dosa” , seperti pembahasan awal, bahwa Yesus dalam rupa manusiapun tidak berdosa.

3. Di mana Yesus bertemu dengan dosa, mulailah Ia bertindak melawan dosa itu. Di mana orang membuka hati bagi-Nya, di ampuni-Nya dosa: dan ampun dosa bagi Allah berarti: menghapus dosa. Kalau Yohanes sudah di bab pertama Injilnya mengutip perkataan Yohanes Pembaptis tentang Domba Allah maka Injil Markus dalam bab 2 menulis tentang orang lumpuh yang dibawa orang kepada-Nya. Ketika tampak oleh-Nya iman mereka itu, sabda-Nya kepada orang lumpuh: dosamu telah diampuni. Atas keberatan beberapa ahli taurat: ”Siapa dapat mengampuni dosa kecuali Allah sendiri?”, maka sabda-Nya: ”Anak Manusia mempunyai kuasa untuk mengampuni dosa”. (Anak Manusia adalah gelar Mesias yang dinubuatkan dalam kitab Daniel 7:13-14)

13 Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya.
14 Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.


”Allah ialah cinta-kasih”: tak lebih terang kalimat itu daripada kenyataan, bahwa Yesus disebut ”sahabat orang-orang berdosa”, dan bahwa ia makan-makan dengan orang berdosa”, menjadi kawan semeja dengan mereka itu .Matius 11:19, 9:11 Lukas 7:48, 15:2. Tetapi selalu, karena cinta-kasih-Nya kepada manusia itu, maka sabda-Nya: ”Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi!” Yohanes 5:14, 8:11.

4. Kata asli ”Syaitan” berarti: penentang, itulah nama dalam bahasa ibrani untuk iblis, sebab ia menentang kehendak Allah. Itulah sebabnya, Yesus memandang iblis sebagai musuh yang harus ditentangnya.
Justru pengusiran iblis dari manusia disebutnya tanda bahwa dalam dirinya pemerintahan Allah telah datang. Itulah tanda yang disuruhnya kabarkan kepada Yohanes Pembaptis. Dimana Yesus datang maka terasa oleh iblis bahwa Terang mendekati kegelapan, dan ia mulai berteriak: ”Pada waktu itu di dalam rumah ibadat itu ada seorang yang kerasukan roh jahat. Orang itu berteriak: "Apa urusan-Mu dengan kami, hai Yesus orang Nazaret? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah." Tetapi Yesus menghardiknya, kata-Nya: "Diam, keluarlah dari padanya!" (Markus 1:23-24). Tetapi di sini pun ternyata cinta-kasih Allah dalam diri Yesus: Ia merasa sayang kepada orang yang menjadi korban kegiatan iblis.
Beberapa penyakit yang tertentu dianggap oleh orang Israel sebagai pengaruh Iblis. Dan betul: segala penderitaan adalah akibat dari dosa, sebab dosa menentang rencana-bahagia Allah dengan manusia. Yesus menentang dosa, tetapi juga penyakit dan penderitaan, karena Ia sayang kepada orang yang menderita. Segala orang yang menderita datang kepada-Nya, dan orang yang sakit dihantar kepada-Nya: ”ketika matahari terbenam, semua orang membawa kepada-Nya orang-orang sakit, yang menderita bermacam-macam penyakit. Ia pun meletakkan tangan-Nya atas mereka masing-masing dan menyembuhkan mereka. Dari banyak orang keluar juga setan-setan sambil berteriak: ”Engkau adalah Anak Allah”, (Lukas 4:40-41). Dengan menyembuhkan semua orang yang berpenyakit, Ia menentang dosa dalam akibatnya.
Malahan dikatakan, bahwa ”Dialah yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita” (Matius 8:17).

5. Yesus menyerang kekuasaan iblis juga dalam kerajaan maut. Dosa telah masuk dunia dan melalui dosa: kematian, oleh satu orang. Maka, oleh satu orang, Yesus Kristus, manusia akan hidup dan memerintah lebih mulia, (Roma 5:12-17).
Hal itu sudah ditanda dalam segala tanda mukjizat, dalam mana Yesus membangkitkan orang-orang mati. Di situ juga ternyata cinta-kasih dan belaskasihan Allah dalam diri Yesus Kristus. Ia menghibur kaum-keluarga dari anaknya Yairus (Lukas 8:25). Dan Ia merasa belas kasihan kepada ibu dari Naim. (Lukas 7:13).
Justru dalam hubungan itu seluruh rakyat bersorak, bahwa Allah telah mengunjungi bangsanya sebagai Penyelamat, yang membawa kehidupan.
Maka, Paulus mengatakan: ”Yesus... tidak malu untuk menyebut mereka itu (manusia) saudara-saudara-Nya..... Karena anak-anak (manusia) itu adalah manusia dalam darah dan daging, maka Ia pun mengambil bagian dalam keadaan itu, supaya oleh kematian-Nya, mematahkan kekuasaan dari dia, yang berkuasa atas kematian, yaitu iblis. Dengan demikian, Ia menyelamatkan semua mereka, yang selama hidupnya, tertahan dalam perbudakan karena takut-mati” (Ibrani 2:11-15).
Demikian seluruh kehidupan Yesus sudah menjadi tanda bahwa Ia Penyelamat kita dari dosa dengan segala kekuatan-Nya. Akan tetapi seluruh hidup-Nya itu menuju kepada saat, yang Ia mati dan bangkit untuk membawa keselamatan kepada kita.
Inisiatif untuk menyelamatkan manusia daripada dosa, adalah dari Allah sendiri. Sabda Yesus kepada Nikodemus: ”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan anak-Nya yang tunggal itu, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16-17).

Ada lagu yang sangat indah, orang berpikir bahwa ini lagu untuk anak-anak , tetapi saya melihat ada orang dewasa yang menyanyikan lagu ini dan meneteskan air mata,
”Yesus sayang padaku, Alkitab mengajariku, walau ku kecil lemah, Aku tetap milik-Nya.”.

Dia yang selalu berdoa untuk kita, umat-Nya yang percaya kepada-Nya.
(Yohanes 17:1-26)
1 Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata: "Bapa, telah tiba saatnya; permuliakanlah Anak-Mu, supaya Anak-Mu mempermuliakan Engkau.
2 Sama seperti Engkau telah memberikan kepada-Nya kuasa atas segala yang hidup, demikian pula Ia akan memberikan hidup yang kekal kepada semua yang telah Engkau berikan kepada-Nya.
3 Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus.
4 Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.
5 Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku pada-Mu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadirat-Mu sebelum dunia ada.
6 Aku telah menyatakan nama-Mu kepada semua orang, yang Engkau berikan kepada-Ku dari dunia. Mereka itu milik-Mu dan Engkau telah memberikan mereka kepada-Ku dan mereka telah menuruti firman-Mu.
7 Sekarang mereka tahu, bahwa semua yang Engkau berikan kepada-Ku itu berasal dari pada-Mu.
8 Sebab segala firman yang Engkau sampaikan kepada-Ku telah Kusampaikan kepada mereka dan mereka telah menerimanya. Mereka tahu benar-benar, bahwa Aku datang dari pada-Mu, dan mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
9 Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab mereka adalah milik-Mu
10 dan segala milik-Ku adalah milik-Mu dan milik-Mu adalah milik-Ku, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka.
11 Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepada-Mu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita.
12 Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada seorangpun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci.
13 Tetapi sekarang, Aku datang kepada-Mu dan Aku mengatakan semuanya ini sementara Aku masih ada di dalam dunia, supaya penuhlah sukacita-Ku di dalam diri mereka.
14 Aku telah memberikan firman-Mu kepada mereka dan dunia membenci mereka, karena mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
15 Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat.
16 Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku bukan dari dunia.
17 Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
18 Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia;
19 dan Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran.
20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
21 supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
22 Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:
23 Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.
24 Ya Bapa, Aku mau supaya, di manapun Aku berada, mereka juga berada bersama-sama dengan Aku, mereka yang telah Engkau berikan kepada-Ku, agar mereka memandang kemuliaan-Ku yang telah Engkau berikan kepada-Ku, sebab Engkau telah mengasihi Aku sebelum dunia dijadikan.
25 Ya Bapa yang adil, memang dunia tidak mengenal Engkau, tetapi Aku mengenal Engkau, dan mereka ini tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku;
26 dan Aku telah memberitahukan nama-Mu kepada mereka dan Aku akan memberitahukannya, supaya kasih yang Engkau berikan kepada-Ku ada di dalam mereka dan Aku di dalam mereka."

Jumat, 28 Desember 2007

Syâlõm 'Aleykhem

Mungkin anda bertanya, kenapa orang Kristiani dalam pertemuan selalu mengucapkan kata Shalom,
semoga literatur ini bermaanfaat untuk mengenal arti salam tersebut.

Kata salam : SYALOM



1. SYALOM, etimologi :

Kata " שלום - SYALOM", berarti "damai", "perdamaian" atau "ketenangan". Kata ini digunakan 237 kali dalam Perjanjian Lama, digunakan untuk mengucapkan selamat kepada seseorang, untuk menanyakan keselamatan (bahasa Indonesia: Apa kabar?), digunakan untuk menjelaskan cara seseorang datang atau pergi (dengan damai atau tidak, misalnya pergilah 'dengan damai'), mengungkapkan kematian atau penguburan dalam damai.

Beberapa contoh:

* Kejadian 15:15
LAI TB, Tetapi engkau akan pergi kepada nenek moyangmu dengan sejahtera ('SYALOM'); engkau akan dikuburkan pada waktu telah putih rambutmu.
KJV, And thou shalt go to thy fathers in peace; thou shalt be buried in a good old age.
Hebrew,
ואתה תבוא אל אבתיך בשלום תקבר בשיבה טובה׃
Translit, VE'ATAH TAVO' 'EL-'AVOTEYKHA BESYALOM TIQAVER BESEVAH TOVAH

Note:
" בשלום - BESYALOM" adalah kata " שלום - SYALOM" plus awalan preposisi " ב - BET" di depannya. Preposisi ini dapat diterjemahkan dengan "di", "pada", "dengan" tergantung konteks.

* Kejadian 26:29
LAI TB, bahwa engkau tidak akan berbuat jahat kepada kami, seperti kami tidak mengganggu engkau, dan seperti kami semata-mata berbuat baik kepadamu dan membiarkan engkau pergi dengan damai ('SYALOM'); bukankah engkau sekarang yang diberkati TUHAN.
KJV, That thou wilt do us no hurt, as we have not touched thee, and as we have done unto thee nothing but good, and have sent thee away in peace: thou art now the blessed of the LORD.
Hebrew,
אם תעשה עמנו רעה כאשר לא נגענוך וכאשר עשינו עמך רק טוב ונשלחך בשלום אתה עתה ברוך יהוה׃
Translit, 'IM-TA'ASEH 'IMANU RA'AH KA'ASYER LO' NEGA'ANUKHA VEKHA'ASYER
'ASINU 'IMEKHA RAQ-TOV VANESYALEKHAKHA BESYALOM 'ATAH 'ATAH BERUKH YEHOVAH


* Kejadian 28:21,
LAI TB, sehingga aku selamat ('SYALOM') kembali ke rumah ayahku, maka TUHAN akan menjadi Allahku.
KJV, So that I come again to my father's house in peace; then shall the LORD be my God:
Hebrew,
ושבתי בשלום אל בית אבי והיה יהוה לי לאלהים׃
Translit, VESYAVTI VESYALOM 'EL-BEYT 'AVI VEHAYAH YEHOVAH LI LE'LOHIM

* Kejadian 29:6
LAI TB, Selanjutnya katanya kepada mereka: 'Selamatkah ('SYALOM') ia?' Jawab mereka: "'Selamat ('SYALOM')! Tetapi lihat, itu datang anaknya perempuan, Rahel, dengan kambing dombanya.
KJV, And he said unto them, Is he well? And they said, He is well: and, behold, Rachel his daughter cometh with the sheep.
Hebrew,
ויאמר להם השלום לו ויאמרו שלום והנה רחל בתו באה עם הצאן׃
Translit, VAYO'MER LAHEM HASYALOM LO VAYO'MRU SYALOM VEHINEH RAKHEL BITO BA'AH 'IM-HATSO'N

Note:
" השלום - HASYALOM" adalah kata tanya, "Apakah SYALOM?".

* Kejadian 37:4
LAI TB, Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya, bahwa ayahnya lebih mengasihi Yusuf dari semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepadanya dan tidak mau menyapanya dengan ramah ('SYALOM').
KJV, And when his brethren saw that their father loved him more than all his brethren, they hated him, and could not speak peaceably unto him.
Hebrew,
ויראו אחיו כי אתו אהב אביהם מכל אחיו וישנאו אתו ולא יכלו דברו לשלם׃
Translit, VAYIR'U 'EKHAV KI-'OTO 'AHAV 'AVIHEM MIKOL-'EKHAV VAYISNE'U 'OTO VELO' YAKHLU DABERO LESYALOM

Note:
Sama halnya dengan " בשלום - BESYALOM" di atas, " לשלם - LESYALOM" adalah kata " שלם - SYALOM" plus prefiks preposisi " ל - LAMED". Sulit menjelaskan makna preposisi dalam bahasa Indonesia, barangkali dalam bahasa Inggris lebih gampang dimengerti. Bahasa Ibrani memiliki tiga preposisi yang dihubungkan langsung (tidak terpisahkan) dengan nomina:

[1] Aksara " ב - BET" (BE), dalam bahasa Inggris 'in', 'by', 'with', misalnya " בשלום - BESYALOM", 'in peace';

[2] Aksara " ך - KAF" (KE), 'as', 'like', 'according to'; tidak digunakan dengan kata " שלם - SYALOM";

[3] Aksara " ל - LAMED" (LE), 'to', 'for', 'at', misalnya " לשלם - LESYALOM", 'for peace', 'peaceably'.

* Kejadian 37:14
LAI TB, Kata Israel kepadanya: "Pergilah engkau melihat apakah 'baik' ('SYALOM') keadaan saudara-saudaramu dan keadaan kambing domba; dan bawalah kabar tentang itu kepadaku.' Lalu Yakub menyuruh dia dari lembah Hebron, dan Yusufpun sampailah ke Sikhem.
KJV, And he said to him, Go, I pray thee, see whether it be well with thy brethren, and well with the flocks; and bring me word again. So he sent him out of the vale of Hebron, and he came to Shechem.
Hebrew,
ויאמר לו לך נא ראה את שלום אחיך ואת שלום הצאן והשבני דבר וישלחהו מעמק חברון ויבא שכמה׃
Translit, VAYO'MER LO LEKH-NA' RE'EH 'ET-SYELOM 'AKHEYKHA VE'ET-SYELOM HATSO'N VAHASYIVENI DAVAR VAYISYLAKHEHU ME'EMEQ KHEVRON VAYAVO' SYEKHEMAH

Note:
' את שלום - ET-SYELOM adalah kata "SYALOM" plus את - 'ET sebagai tanda obyek langsung.


* Kejadian 43:23
LAI TB, Tetapi jawabnya: 'Tenang sajalah ('SYALOM'), jangan takut; Allahmu dan Allah bapamu telah memberikan kepadamu harta terpendam dalam karungmu; uangmu itu telah kuterima." Kemudian dikeluarkannyalah Simeon dan dibawanya kepada mereka.
KJV, And he said, Peace be to you, fear not: your God, and the God of your father, hath given you treasure in your sacks: I had your money. And he brought Simeon out unto them.
Hebrew,
ויאמר שלום לכם אל תיראו אלהיכם ואלהי אביכם נתן לכם מטמון באמתחתיכם כספכם בא אלי ויוצא אלהם את שמעון׃
Translit, VAYO'MER SYALOM LAKHEM 'AL-TIRA'U 'ELOHEYKHEM VE'LOHEY 'AVIKHEM NATAN LAKHEM MATMON BE'AMTEKHOTEYKHEM KASPEKHEM BA' 'ELAY VAYOTSE' 'ALEHEM 'ET-SYIM'ON

Padanan kata Ibrani " שלם - SYALOM" adalah kata Yunani 'ειρηνη - eirênê'.
Kata 'ειρηνη - eirênê' ini secara konseptual bermakna suatu keadaan tenang, misalnya tanpa huru-hara atau perang, keharmonisan antar individu, keamanan, keselamatan, kemakmuran.


Beberapa contoh:


* Matius 10:13
LAI TB, Jika mereka layak menerimanya, salammu ('eirênê') itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu ('eirênê') itu kembali kepadamu.
KJV, And if the house be worthy, let your peace come upon it: but if it be not worthy, let your peace return to you.
TR, και εαν μεν η η οικια αξια ελθετω η ειρηνη υμων επ αυτην εαν δε μη η αξια η ειρηνη υμων προς υμας επιστραφητω
Translit, kai ean men ê hê oikia axia elthetô eirênê humôn ep autên ean de mê ê axia eirênê humôn pros humas epistraphêtô


* Matius 10:34
LAI TB, "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa 'damai' ('eirênê') di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai ('eirênê'), melainkan pedang."
KJV, Think not that I am come to send peace on earth: I came not to send peace, but a sword.
TR, μη νομισητε οτι ηλθον βαλειν ειρηνην επι την γην ουκ ηλθον βαλειν ειρηνην αλλα μαχαιραν
Translit, mê nomisête hoti êlthon balein eirênên epi tên gên ouk êlthon balein eirênên alla machairan

* Markus 5:34,
LAI TB, Maka kata-Nya kepada perempuan itu: 'Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat ('eirênê') dan sembuhlah dari penyakitmu!'
KJV, And he said unto her, Daughter, thy faith hath made thee whole; go in peace, and be whole of thy plague.
TR, ο δε ειπεν αυτη θυγατερ η πιστις σου σεσωκεν σε υπαγε εις ειρηνην και ισθι υγιης απο της μαστιγος σου
Translit, ho de eipen autê thugater hê pistis sou sesôken se upage eis eirênên kai isthi ugiês apo tês mastigos sou

* Yohanes 20:26,
LAI TB, Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: 'Damai sejahtera bagi kamu!'
KJV, And after eight days again his disciples were within, and Thomas with them: then came Jesus, the doors being shut, and stood in the midst, and said, Peace be unto you.
The Aramaic New Covenant, [color=green]And again after eight days the disciples being inside and Tama with them Yah Shua comes, when the portals are held, and stands midst, and words to them, Shalom with you.

BRIT CHADASHA (Terj.), And after shmonah yamim (eight days) again the talmidim of Rebbe, Melech HaMoshiach were inside, and T'oma with them. Although the delatot were shut, He comes and stood in the midst and said, Shalom Aleichem.
TR, και μεθ ημερας οκτω παλιν ησαν εσω οι μαθηται αυτου και θωμας μετ αυτων ερχεται ο ιησους των θυρων κεκλεισμενων και εστη εις το μεσον και ειπεν ειρηνη υμιν
Translit, kai meth hêmeras oktô palin êsan esô hoi mathêtai autou kai thômas met autôn erchetai ho iêsous tôn thurôn kekleismenôn kai estê eis to meson kai eipen eirênê humin

Note:
'ειρηνη υμιν - eirênê humin' dalam bahasa Ibrani adalah " שלום עליכם - SYALOM 'ALEYKHEM".


2. UCAPAN KATA SALAM



a. SYALOM ALEYKHEM / ASSALAMMU'ALAIKUM


"Syâlõm 'Aleykhem" dengan asumsi yang mengucapkan berada di "atas" sedangkan yang menerima ucapan lebih dari satu orang dan berada di "bawah". Jika berada pada level yang sama, diucapkan "SYALOM LAKHEM", "salam kepada kalian", dan jika satu orang saja menggunakan "SYALOM LEKHA".

"Shalom" atau "Syâlõm", Ibrani syin - lâmed - vâv atau wâw - mêm sõfït (mêm yang terletak di akhir kata), jika ditulis tanpa tanda vocal menjadi sy - l - w - m. Huruf "syin" Ibrani adakalanya ditulis "shin" tetapi karena menurut EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), tidak ada kombinasi "sh" dalam bahasa Indonesia maka biasanya ditulis "syin".
"Shalom" atau "Syâlõm", adalah nomina maskulin.
Di antara huruf "syin" dan "lâmed" dibubuhi vokal "qâmâts gâdõl" yaitu bunyi a yang dibunyikan panjang, biasanya saya bubuhi karakter khusus di atasnya untuk membedakannya dengan bunyi a biasa yaitu a yang dibunyikan pendek.

Huruf "vâv", ada yang menyebutnya dengan "wâw", dibubuhi vokal berupa titik di atas yaitu tanda vokal "khõlâm mâlê'" yaitu bunyi o yang panjang. Saya pun terbiasa memberi karakter khusus di atasnya untuk membedakannya dengan bunyi "o" pendek.

Setelah dibubuhi vokal maka kata Ibrani sy - l - w – m, menjadi 'syâlõm', jika ditulis tanpa karakter di atasnya menjadi 'SYALOM' atau 'SHALOM' (penulisan ala Inggris).
Arti kata 'syâlõm' yang bermakna damai sejahtera, selamat, aman, bahkan cenderung bermakna "salam".

"Ke atas kalian", Ibrani "'aleykhem", berbeda dengan "kepada kalian", Ibrani "lakhem". Yang terakhir ibarat berada di tempat yang sama, tidak ada yang di atas, dan tidak ada yang di bawah.
Sedangkan "'aleykhem", ibarat seseorang berada di atas mimbar dan ditujukan kepada mereka yang ada "di bawah" mimbar.

"'alêykhem" terdiri atas preposisi 'al, 'ayin – lâmed, yang berarti "di atas, ke atas"; dan suffiks pronomina orang kedua jamak "'âkhem", "kamu sekalian", "kalian".


'alay, ke atasku
'aleykha, ke atasmu (maskulin)
'alayikh, ke atasmu (feminin)
'alâv, ke atasnya (maskulin)
'aleyhâ', ke atasnya (feminin)
'aleynû, ke atas kita/kami
'alêykhem, ke atas kalian (maskulin)
'alêykhen, ke atas kalian (feminin)
'alêyhem, ke atas mereka (maskulin)
'alêyhen, ke atas mereka (feminin)



Membalas ucapan-salam dengan "va'aleykha ("dan/juga ke atasmu) syâlõm" untuk orang kedua tunggal.

"Syâlõm 'aleykhem" sama halnya dengan mengucapkan "Assalamu'alaikum" dari kata "salaam" plus kata sandang 'al di depannya, berubah menjadi 'as sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Kata berikutnya 'alaikum sama dengan bahasa Ibrani 'aleykhem yang artinya "ke atas kalian (jamak)." Apabila ditujukan kepada pribadi tunggal menggunakan bahasa Arab 'alaika, bahasa Ibrani 'aleykha.

Kata Arab "assalamu'alaikum" (ke atas kalian [bentuk jamak]). Jawaban "wa 'alaikum salam" berarti "dan -- kepada kalian (jamak) -- salam" ("va'aleykhem-syâlõm", jamak, Ibrani).

Sebenarnya kata "'alaikum" itu bermakna jamak namun karena perkembangan zaman, maka ucapan itu menjadi ucapan salam biasa, boleh untuk satu orang atau pun lebih dari satu orang.
Jika ditujukan kepada seseorang (tunggal) seperti malaikat menyapa Ibrahim menggunakan "assalamu'alaika" dan dijawab oleh Ibrahim dengan "wa'alaika salam".

Seperti halnya bahasa Arab diatas, perbedaan antara bentuk jamak dan tunggal sudah jarang diperhatikan dewasa ini sehingga meskipun seseorang menyapa dengan "syâlõm 'alêykhem" dijawab dengan "va'alêykhem syâlõm" sudah menjadi hal yang lumrah dan sah-sah saja.


Alkitab Tempo Doeloe pun menggunakan ucapan seperti ini, misalnya :


* Matius 26:49,

Terjemahan Lama 1958, "Maka seketika itu djuga datanglah ia mendapatkan Jesus sambil katanja, 'Assalam 'alaikum, ja Rabbi!' lalu mentjium Dia."

KL 1870, "Maka dengan sakoetika itoe djoega datanglah Joedas hampir kapada Isa, katanja: Assalam-alaikoem, ja goeroe! Maka ditjioemnja Isa."

Bandingkan dengan LAI Terjemahan Baru :
"Dan segera ia maju mendapatkan Yesus dan berkata: "Salam Rabi," lalu mencium Dia."


Ungkapan salam ini juga digunakan oleh Yesus Kristus dalam Lukas 24:36; Yohanes 20:19, 21, dan 26. HaBrit HaKhadasya menerjemahkannya menjadi "SYALOM 'ALEYKHEM".



b. VESYALOM / WASSALAM


Kita juga sering mendengar kata "Wassalam" (dari "wa" + "al" + "salam", artinya: "dan salam itu", Ibrani: 'VESYALOM')


Filemon 1:3
LAI TB, Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.
KJV, Grace to you, and peace, from God our Father and the Lord Jesus Christ.
TR, χαρις υμιν και ειρηνη απο θεου πατρος ημων και κυριου ιησου χριστου
Translit, charis {kasih karunia} humin {kepada kalian} kai {dan} eirênê {damai sejahtera} apo {dari} theou {Allah} patros {Bapa} hêmôn {kita} kai {dan} kuriou {Tuhan} iêsou {Yesus} christou {Kristus}
HaBrit HaKhadasya , KHESEF (kasih karunia) LAKHEM (kepada kalian) VESYALOM (dan syalom/damai sejahtera) ME'ET (dari) 'ELOHIM (Allah) 'AVINU (Bapa kita) UME'ET (dan dari) YEHOSYUA' (Yesus) HAMASYIAKH (Kristus) 'ADONEYNU (Tuhan kita)


שָׁלוֹם עֲלֵיכֶם
Syâlõm 'alêykhem !.


Hukum Kristus

Matius 5:17-19

17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.


Sebagai kelanjutan dari Matius 5:19; Tuhan Yesus merangkumkan rumusan baru mengenai Hukum Taurat, lex talionis (Ulangan 19:21).:

* Matius 5:38-42,
"Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapapun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu


Tidak selesai sampai disitu, Tuhan Yesus kristus kembali memberikan rumusan baru yang dikenal sebagai HUKUM KASIH :

* Matius 22:34-40
22:34 Ketika orang-orang Farisi mendengar, bahwa Yesus telah membuat orang-orang Saduki itu bungkam, berkumpullah mereka
22:35 dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia:

22:36 LAI TB, "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?"
NKJV, “Teacher, which is the great commandment in the law?”
TR, διδασκαλε ποια εντολη μεγαλη εν τω νομω
Translit. interlinear, didaskale {Guru} poia {manakah} entolê {perintah} megalê {terbesar} en {dari} tô nomô {hukum (Taurat)}

22:37 LAI TB, Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
NKJV, Jesus said to him, “ ‘You shall love the LORD your God with all your heart, with all your soul, and with all your mind.
TR, ο δε ιησους ειπεν αυτω αγαπησεις κυριον τον θεον σου εν ολη τη καρδια σου και εν ολη τη ψυχη σου και εν ολη τη διανοια σου
Translit. interlinear, ho de {lalu} iêsous {Yesus} eipen {berkata} autô {kepadanya} agapêseis {Kasihilah} kurion {Tuhan} ton theon {Allah} sou {-mu} en {dengan} holê {segenap} tê kardia {hati} sou {-mu} kai {dan} en holê {segenap} tê psuchê {jiwa} sou {mu} kai {dan} en {dengan} holê {segenap} tê dianoia {daya pikir} sou {-mu}

22:38 LAI TB, Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
NKJV, This is the first and great commandment.
TR, αυτη εστιν πρωτη και μεγαλη εντολη
Translit. interlinear, hautê {ini} estin {adalah} prôtê {yang terutama} kai {dan} megalê {yang terbesar} entolê {perintah}

22:39 LAI TB, Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
NKJV, And the second is like it: ‘You shall love your neighbor as yourself.’
TR, δευτερα δε ομοια αυτη αγαπησεις τον πλησιον σου ως σεαυτον
Translit. interlinear, deutera {yang kedua} de {lalu} homoia {yang sama} autê {dengannya} agapêseis {kasihilah} ton plêsion {sesama} sou {mu} hôs {seperti} seauton {dirimu sendiri}

Itulah Hukum yang dicanangkan Tuhan Yesus Kristus yang kita kenal dengan sebutan HUKUM KASIH. Hukum ini juga disebut Hukum Kristus
Tuhan Yesus lebih lanjut menyatakan bahwa Hukum-Nya itu merupakan rangkuman dari seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi :

* Matius 22:40
LAI TB, Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."
NKJV, On these two commandments hang all the Law and the Prophets.”
TR, εν ταυταις ταις δυσιν εντολαις ολος ο νομος και οι προφηται κρεμανται
Translit. interlinear, en {pada} tautais {ini} tais dusin {dua} entolais {perintah} holos {seluruh} ho nomos {hukum (Taurat)} kai {dan} hoi prophêtai {nabi-nabi} kremantai {tergantung}

Artinya, prinsip hukum Taurat tetap ada dalam iman kristiani. Tetapi pelaksanaannya telah disempurnakan, dirumuskan ulang, direformulasikan sekaligus direvitalisasikan oleh Tuhan Yesus Kristus.

Tuhan Yesus memberi pengajaran yang sederhana dan jelas; meskipun kelihatannya sederhana, tetapi hukum diatas mencakup seluruh hukum Taurat!
Bahwa jika kita mengasihi Allah, maka kita akan melakukan prinsip-prinsip bahwa TUHAN adalah satu-satunya sesembahan kita, dan pelaksanaan ini akan selaras dengan hukum ke1-5 dalam Dasa Titah. Jika kita mengasihi sesama, tentu kita tidak boleh membunuh (hukum ke 6); berzinah (hukum ke 7) dan seterusnya. Dan semuanya akan selaras dengan (hukum 6-10)

10 Firman (Dasa Titah) misalnya yang menulis "Jangan ini, jangan itu" harus kita akui, memang cenderung negatif. Juga bermacam-macam perintah yang tersebar dalam ke-5 kitab Musa itu berbeda gaya dengan apa yang dirumuskan Yesus tentang Hukum Kasih yang lebih positif "Hendaklah begini atau begitu". Dasa Titah memberi peringatan bahwa orang telah salah jalan, sedangkan Hukum Kasih memberi petunjuk, ke mana orang mesti putar haluan.

Tuhan Yesus merangkum Taurat itu menjadi 2 point yang sederhana. Pelaksanaan Hukum Kasih sudah mencerminkan seluruh hukum Taurat (ayat 40).

Firman dalam PL tetap merupakan Firman Allah bagi orang percaya, sebab semuanya adalah dasar dari Perjanjian Baru.
Kita tidak akan bisa mengerti arti "kurban Yesus" tanpa melihat dan memahami dosa asal yang diperbuat Adam-Hawa.
Kita tidak akan mengerti terminologi "Anak Domba Allah" tanpa mempelajari prinsip-prinsip pengampunan dosa yang ada di Perjanjian Lama, kurban bakaran, kurban pengampunan dosa dll.

Dengan demikian, Yesus telah menggenapi Taurat dan menyempurnakannya.
Pada beberapa keterangan Alkitab "Menggenapi" berarti "Memenuhi, sesuai dengan, melaksanakan dengan baik".

* Matius 3: 15
Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanespun menuruti-Nya.

* Roma 13:10
Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat.


KASIH, INTI TAURAT DAN KITAB SEGALA NABI

…Allah itu kasih … (1 Yohanes 4:16)

Ajaran Tuhan Yesus Kristus yang paling dominan dan paling menyentuh adalah KASIH. Sehingga Kekristenan mempunyai spesifikasi KASIH. Namun kita harus mengakui bahwa semua agama dunia juga mengajarkan tentang kasih, dan Allah mereka tentu mengasihi dan menyayangi pula umatNya. Tetapi tidak banyak orang yang tahu perbedaan keduanya, lalu cenderung menyamaratakannya.

Perbedaan kasih Tuhan yang satu dengan yang lainnya

"Kasih-Tuhan-Alkitab" adalah hakekatNya sendiri, sementara "Kasih Allah dalam agama lain", adalah apa yang dilakukan Allahnya. Yang satu merupakan esensi-kasih, yang lain berupa aktifitas-mengasihi.

Banyak agama mengklaim Tuhannya maha-kasih dan maha-penyayang, tetapi tidak memberi bukti, apalagi saksi (adikodrati). Orang sering menunjuk kehadiran embun-hujan-udara-sinar Matahari dll sebagai bukti kasih Allah kepada makhluknya, padahal itu bukan ujud MAHAKASIH, melainkan lebih cenderung berupa tanggung-jawab Sang Khalik terhadap makhluk ciptaanNya demi mendukung kelangsungan mereka.

Bukti kasih, apalagi Maha-Kasih, hanyalah satu, yaitu berkorban sebesar-besar korban bagi yang dikasihiNya. Korban terbesar yang dapat diberikan seseorang adalah nyawa si pengorban itu sendiri. Dan Yesus yang adalah Allah itu memang benar mengorbankan nyawaNya diatas kayu salib, demi menebus dosa Anda dan saya. Yesus berkata :

- "Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik. Memberikan nyawanya bagi domba-dombanya" (Yohanes 10:1-42)

- "Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Markus 10:45)

Itulah sebabnya Kasih Allah yang diajarkan dalam Alkitab adalah kasih yang tidak bersyarat (unconditional love), sementara kasih Allah dalam agama lain adalah mengasihi (loving) – atau lebih tepatnya – mengasihani – menusia dengan syarat-syaratnya.

Karena hakekat Allah adalah kasih, maka kasih harus mengasihi seluruh "ruang-lingkup" keberadaan Allah. Artinya, Ia berada dalam total domain kasih : yaitu mengasihi seluruh manusia, dan menuntut dikasihi baik oleh setiap manusia, seraya mengharuskan terjalinnya kasih diantara semua sesame manusia pula.

Dan itulah yang digoreskan oleh Allah dalam Taurat, untuk diteruskan dan dihafal turun-temurun, seperti yang tercantum dalam Ulangan 6:5 dan Imamat 19:18 :

Ulangan 6:5
Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.

Imamat 19:18
Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.

Dan terhadap kedua hukum diatas, Yesus meletakkan konfirmasiNya sebagai Hukum yang terutama dari segala hukum :

Matius 22:37-40
22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.
22:38 Itulah hukum yang terutama dan yang pertama.
22:39 Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
22:40 Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."


Sekali diturunkan, hukum-kasih ini sudah ditakdirkan bersifat kekal, tidak terhilangkan.

Bacalah bagaimana perintah Allah untuk mengamankan kekekalanNya, sbb :

Ulangan 6:6-9

6:6 Apa yang kuperintahkan kepadamu (Musa) pada hari ini (Hukum Kasih) haruslah engkau perhatikan,

6:7 haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun.

6:8 Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang di dahimu,
6:9 dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.

Kristianitas mengimani bahwa KASIH dalam Hukum Yang Terutama ini adalah unsur yang paling luhur, tidak terhapuskan, dan tidak akan berkesudahan sekalipun unsur lainnya boleh lenyap. Di Sorga, kita akan hidup berketerusan dalam trasendental kemuliaan, kasih kepada Allah dan sesama persaudaraan.

Yesus menegur keras orang yang menafsirkan kehidupan di Surga seolah seperti dunia saja. Padahal status dan relasi (termasuk sex) suami-istri di bumi, dan apa-saja dari unsur-unsur bumi itu tak satupun yang dapat dibawa-bawa untuk diteruskan ke Surga. Yesus mengecam sekaligus menelanjangi orang-orang yang telah berani berspekulasi tentang "muatan Surga" yang diduniakan :

Matius 22: 29-30
22:29 Yesus menjawab mereka: "Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!
22:30 Karena pada waktu kebangkitan orang tidak kawin dan tidak dikawinkan melainkan hidup seperti malaikat di sorga.

Sex, gender, status suami-istri, relasi famili, dan lain-lain unsur dunia akan tamat dan tidak dapat diteruskan di Surga. Semua itu akan dilenyapkan pada hari Tuhan.

Tata hubungan setiap manusia yang berasal daripadaNya harus dikembalikan kepada asalnya. Kehidupan Surgawi harus dipusatkan kepada Pusat kehidupan, yaitu Diri Allah sendiri. Setiap anggapan atau ajaran yang mencoba meneruskan relasi-duniawi kedalam Kerajaan Surgawi (dengan kelompok-kelompok yang berbeda dengan kedekatan relasinya), telah diucapkan oleh Yesus Kristus sebagai pandangan yang sesat. Dan, siapakah yang lebih tahu daripada Yesus mengenai keberadaan dan muatan Surga? :

Yohanes 3:13
Tidak ada seorang pun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.

Banyak dongeng dikisahkan ke orang-orang dunia tentang alam akhirat dan Surga, namun hanya Yesus-lah yang berotoritas mengungkapkan semua ini, karena kemaha-tahuan dan asalNya. Alkitab memang menerangkan kepada kita apa-apa yang bukan, dan apa-apa yang tetap menjadi muatan Surga :

Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu :

1 Korintus 7:31
pendeknya orang-orang yang mempergunakan barang-barang duniawi seolah-olah sama sekali tidak mempergunakannya. Sebab dunia seperti yang kita kenal sekarang akan berlalu.

Pada hari itu (kiamat) langit akan lenyap dengan gemuruh yang dasyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yanga da diatasnya akan lenyap :

2 Petrus 3:10
Tetapi hari Tuhan akan tiba seperti pencuri. Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap.

Yang lain akan lenyap, tetapi kasih tidak berkesudahan, kasih itu kekal :

1 Korintus 13:8
Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap.

Jadi, semuanya yang berasal dari dunia akan lenyap, bahkan juga seperangkap komunikasi dari Allah kepada manusia (atau sebaliknya) akan lenyap, yaitu nubuat dan bahasa-lidah dan pengetahuan. Hal itu terjadi karena pada Hari Tuhan, semua masalah menjadi terbuka, tidak ada yang tersembunyi lagi :

Matius 10:26
"....... tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui."

Kasih tidak akan berkesudahan!.

Sekarang, bila sedemikian besar maknanya, luhurnya dan kekalnya Kasih ini (Hukum yang terutama) sehingga ia harus menjadi tanda dan lambang bagi Hukum Allah, maka siapakah yang percaya bahwa ayat-ayat dalam Hukum Allah yang terutama ini bukan aslinya dari Allah?

Malaikat, Nabi dan manusia manakah yang tidak menyetujui ayat tersebut? Atau adalah manusia yang mampu menemukan – dari segenap khasanah kitab-kitab Allah – ayat tandingan yang lebih luhur dan mulia daripada ayat tersebut?

Sungguh mustahil ada "ayat manusia" yang mampu disandingkan dengan kemuliaanNya!.

Rumus kebenaran :

Bila sedemikian halnya, maka kita cenderung berkesimpulan dalam satu perumusan baku, bahwa sebuah Kitab Suci yang datangnya asli dari Allah haruslah, wajiblah, tidak-bisa tidak bermuatan kasih, yaitu dengan mengkekalkan Hukum Kasih yang terutama itu.

Maka jikalau anda mencari Allah yang betul-betul Maha-Kasih, mengapa tidak mencari Dia yang dapat mengasihi anda seorang diri sepenuhnya, sepenuh seperti Dia berurusan dengan 6 Milyar lebih manusia lain yang masal?

Mengapa Anda hanya mampu cukup puas dengan kasih Allah yang hanya mampu membuktikan kasihNya dengan klaim, tetapi tidak dengan bukti perbuatan pengorbanan-diri sebagaimana yang telah dilakukan oleh Yesus diatas kayu salib? Dan jikalau Anda menolak Salib Penebusan yang melambangkan Maha-Kasih Allah itu semata-mata karena "tegar-tengkuk", adakah anda mendapatkan konsep keselamatan yang lebih terandalkan? Dan, siapakah yang sanggup dan peduli untuk menenangkan kegelisahan kita akan kepergian kita nantinya dari bumi ini?

Namun, Yesus Kristus Allah kita telah berkata di dalam janjinya :

"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku (Sorga) banyak rumah tinggal….. Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku, supaya di tempat di mana Aku berada, kamu pun berada". (Yohanes 14:1-3)

Jaminan kehidupan kekal bersamaNya, adalah pernyataan Kasih monumental!